Melangkah Menjauhi



Seorang Perempuan berjalan dengan ringan, ia tersenyum menunduk menatap sepatunya yang jauh lebih bagus daripada hari kemarin. Di tangannya ada sebuah map berisi kertas yang seharusnya sejak dulu ia miliki, “Akta Cerai” tertulis di sana. Ada pula berlembar kertas lain dengan tulisan “PUTUSAN”. Sebenarnya ia tidak mempedulikannya. Langkahnya kian lama kian ringan. 

Perempuan itu 

Sedang melangkah 

Menjauhi masa lalunya… 

Tangis demi tangis telah dilaluinya seorang diri, hari-hari kelam menjadi temannya. lima tahun lalu, ia tak akan menduga bahwa hari ini akan datang. Redup di wajahnya pudar, berganti dengan manis senyuman. “Tidak apa, tidak ada apa-apa, tidak akan terjadi apa apa, semua yang buruk sudah berlalu”, dikatakannya berulang dalam hati. Tentu ia sadar, kehidupannya tak akan lagi sama. Ia salah, ini bukan hanya tentang kehidupannya. Dirinya, jiwa manis kecil yang ia lahirkan dengan bermodalkan kalung cantik peninggalan ayahnya, caranya memandang dunia, seketika berubah dalam waktu kurang dari satu tahun. 

Bagaimana bisa? Selama ini, selama 32 tahun kehidupannya. Ia selalu merasa dunia ini terlalu besar untuknya, apakah nanti dunia ini masih cocok untuknya? Ataukah dunia akan menyesuaikan dengan hingar bingar pikirannya. Renungan-renungan itu selalu berputar di kepala. 

6 bulan kemudian… 
Senin, 12 Mei 2025 

Masih segar dalam ingatannya tentang bagaimana hari itu berlalu, hari-hari ketika ia butuh dihibur, bersama dengan orang yang bukan hanya memahami dan peduli padanya. Hari-hari ketika ia belum mengetahui cara menghibur dirinya sendiri. 

Jika kini populer kutipan dari buku Let Them Theory karya Mel Robbins. 

Ia sudah mempraktekkannya jauh dari sejak lama. Ia sudah berhenti mempedulikan orang lain dengan segala pandangan terhadapnya baik di depan atau di belakangnya 

Berhenti mencoba memaafkan orang-orang yang telah melukainya 

Berhenti melakukan segala sesuatu atas saran maupun dorongan orang lain 

Berhenti menggantungkan kebahagiaannya pada bahu siapapun 

Berhenti mencari jalan Bahagia 

Berhenti menyenangkan hati orang lain 

Berhenti menginginkan orang lain untuk memperlakukannya dengan baik. Ia bukan berhenti karena kehabisan bahan bakar, tapi Ia telah menyadari bahwa ketika ia berhenti, ia menanggalkan serangkai beban imajiner yang telah terkonstruksi selama bertahun-tahun, hampir menyatu dengan tubuhnya. Bahunya kini jauh lebih ringan untuk melanjutkan perjalanan Panjang penuh plot twist dan menyebalkan. Perjalanan itu tidak disukainya, lebih sering ia maki daripada ia hargai. Namun ia teringat kini perjalanan itu bisa dilaluinya dengan sepatu yang lebih bagus, pakaian lebih layak, bahu yang ringan, dagu terangkat. 

Perjalanan itu sering disebut orang-orang.

Kehidupan 

Dulu dunia tampak terlalu besar baginya. Banyak hal belum sempat dilakukannya, banyak pula yang belum sempat ia terima dari dunia. Padahal, hampir separuh hidupnya sudah ia berikan pada hal yang sempat Ia anggap “dunianya”. Kini Ia bisa melakukannya, menerimanya… meski dalam kondisi “berhenti”. 

Perempuan itu telah tersadar, dunia tak lagi besar baginya 

Hari ini ia tetap berjalan, tidak mengejar apa-apa, tahu bagaimana cara menghibur dirinya, tak lagi penting baginya apa yang ada di hadapannya dan dengan siapa ia berjalan bersama. Namun ia, Perempuan itu, kadang singgah beberapa kali ketika letih, melanjutkannya meski penuh makian. 

Getir yang ditelannya adalah harga untuk kebebasannya mengarungi hidup yang entah sampai kapan akan terus memberinya plot twist

Kata-kata “Tidak mau” atau “Tidak ingin” tak lagi terucap dengan berat karena saat ini ia telah memiliki kembali dirinya. Lengkap beserta tubuhnya, putranya, dan semua penyertanya. 

Ia, Perempuan itu, 

Adalah aku


Comments

Popular posts from this blog

Hari Kelahiran Kembali